Allah Azza Wa Jalla Berfirman :
وَمَا كَانَ صَلَاتُهُمْ عِنْدَ الْبَيْتِ إِلَّا مُكَاءً وَتَصْدِيَةً فَذُوقُوا الْعَذَابَ بِمَا كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ
"Tidaklah sholat (ibadah) mereka (kaum musyrik) di
sekitar Baitullah itu, kecuali hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka
rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu". (QS Al Anfal 35)
Rasulullah Shollallohu 'alaihi Wasallam Bersabda
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ
“Bukanlah golongan kami, mereka yang mengajak kepada Nasionalisme",. (HR Abu Dawud)
« مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ »
"Barangsiapa yang berperang dengan slogan primordialisme,
mendakwahkan (mengajak & menyerukan) nasionalisme atau membantu
menegakkan nasinalisme, lalu ia mati MAKA IA MATI DALAM KEADAAN
JAHILIYYAH". (HR. Muslim)
Lalu marilah kita bandingkan antara tepuk tangan dan siulan dengan upacara bendera dan segala pernik-perniknya
- Penanaman Nasionalisme dalam penghormatan bendera dan upacara adalah dakwah Jahiliyyah sebagaimana hadits di atas
- Mengheningkan cipta adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan
ibadahnya agama Hindu, Budha dan Kristen. Sedangkan Rasulullah
Shollallohu 'alaihi Wasallam melarang keras meniru upacara agama lain.
- Di antara bunyi syair lagu Indonesia Raya adalah : "Bangunlah
jiwanya, bangunlah badannya UNTUK INDONESIA RAYA = syair ini telah
membatalkan pernyataan kita setiap sholat : "Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku, HANYALAH UNTUK ALLAH RABB SEMESTA INI"
- Dalam lagu Berkibarlah Benderaku terdapat syair "Siapa berani menurunkan engkau, serentak rakyatmu membela …. " Apakah ini bukan kalimat syirik ?
Padahal Rasulullah bersabda dalam hadits shahih (artinya) :
واِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سُخْطِ اللهِ لاَ يُلْقِى لَهاَ بَالاً فيَهْوِى بِهاَ فِى جَهَنَّمَ
“Ada seseorang yang mengucapkan suatu kalimat yang dimurkai Allah,
sedangkan ia mengucapkannya tanpa tujuan yang jelas, tetapi disebabkan
kalimat itu Allah Melmparkannya ke dalam neraka jahannam” (Muttafq
Alaih) . Na’udzu billah
- Di antara bunyi syair lagu Wajib “Padamu Negeri” adalah : “Bagimu Negeri JIWA RAGA KAMI” : ini adalah seruan jahiliyyah dan bertentangan dengan syahadat kita dan bisa menggugurkan ke Islaman pengucapnya
Padahal Allah Azza Wa Jalla Berfirman :
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ
الْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada
sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan
aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)." (QS Al An’am 162 – 163)
- Dalam Tafsir Ibnu Katsir juz 4/52 disebutkan : “Orang-orang
Musyrik Quraisy mengelilingi Ka’bah dengan telanjang tanpa sehelai
benang pun sambil bersiul-siul dan bertepuk tangan”. Dan ini oleh Allah
disebut sholatnya kaum musyrik
Maka kalau sambil telanjang, tepuk-tepuk tangan dan siulan saja oleh
Allah disebut "sholat" krn di situ ada makna pengagungan dan ketundukan
kpd Latta, Uzza dan Manath, walaupun dalam bentuk yang mungkin aneh
bagi kita, apalagi penghormatan bendera yg di dalamnya ada tujuan
pengagungan thd bendera, bahkan rela mati demi Sang Saka Merah Putih
dsb. Apa bedanya dengan orang Jahiiyyah dulu ?
- Berikut ini tafsir Al Anfal 35 versi Departemen Agama : "
Sembahyang mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan
dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu".
Seterusnya Allah swt. menerangkan sebab-sebab mereka tidak
berhak menguasai Baitullah, dan daerah haram, yaitu karena mereka dalam
waktu beribadat, mengerjakan tawaf mereka bertelanjang dan bersiul-siul
serta bertepuk tangan.
روى عن إبن عباس رضى الله عنهما: كانت قريش تطوف بالبيت عراة تصفر وتصفق
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallohu 'Anhu :
“Orang-orang Quraisy mengitari Baitullah dalam keadaan telanjang, bertepuk tangan dan bersiul-siul”. (H.R Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)
Dan diriwayatkan juga dari beliau :
وروى عنه: أن الرجال والنساء منهم كانوا يطوفون عراة مشبكين بين أصابعهم يصفرون منها ويصفقون
Artinya :
“Bahwa orang-orang Quraisy itu baik laki-laki maupun perempuan,
mengelilingi Kakbah dalam keadaan telanjang. Mereka saling berbimbingan
tangan, bersiul-siul dan bertepuk tangan”. (H.R Ibnu Abi Hatim dari Ibnu 'Abbas)
- Manakah yg lebih sakral dan lebih pantas disebut sebagai ibadah :
tepuk tangan dan siulan atau upacara bendera dengan segala tata tertib
nya ?
- Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa
makna ibadah adalah : “Ketundukan, ketergantungan, kepatuhan, merasa
takut dengan hukuman yg akan ditimpakan, menyerah pasrah, mencintai dan
merasa kehilangan manakala tidak ada di dekatnya” . BUKANKAH INI
SEMUA YANG AKAN DITANAMKAN KEPADA RAKYAT INDONESIA TERHADAP BENDERA DAN
TANAH AIRNYA DALAM SETIAP UPACARA DAN PENGHORMATAN BENDERA ?
Dalam Syarah Kitab Tauhid, disebutkan :
تفسير العبادة، وهي: التذلل والخضوع للمعبود خوفاً ورجاء ومحبة وتعظيماً القول المفيد على كتاب التوحيد -
Tafsir dari Ibadah adalah :
“Merendahkan diri dan tunduk patuh
kepada yang diibadahi, dengan disertai rasa takut (akan hukuman),
kecintaan yg dalam dan penghormatan serta pengagungan kepadanya "
(Al Qaul Al mufid ‘Ala kitab Tauhid juz 1 hal 320)
Untuk lebih memperjelas makna IBADAH, berikut tambahan saya
Allah Azza wa jalla berfirman (artinya)
“Mereka (Yahudi dan Nasrani) menjadikan orang-orang 'alim dan rahib-rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allâh”. (QS At Taubah 31)
Apakah yang dimaksud menjadikan orang-orang 'alim dan rahid-rahib
sebagai tuhan-tuhan selain Allâh? Apakah mereka sujud, menyembah kepada
orang-orang 'alim dan rahib-rahib itu seperti orang-orang musyrik
menyembah berhala ?
Al-Imâm Ibnu Katsîr telah menjelaskan masalah ini dengan sebuah
hadits dari jalur Al-Imâm Ahmad, At-Tirmidzî dan Ibnu Jarîr; yaitu
hadits yang mengisahkan kedatangan 'Adî bin Hâtim ke Madînah dalam
rangka kunjungannya yang pertama kepada Rasûlullâh Shollallohu 'alihi
wasallam .
-- ketika itu 'Adî masih beragama Nasrani -- dan memakai kalung salib
dari perak. Maka Rasûlullâh saw. pun membacakan ayat ini (Surah
At-Taubah (9) : 31) di hadapan 'Adî bin Hâtim : “
Mereka (Yahûdi dan Nasrani) menjadikan orang-orang 'alim dan rahib-rahib (pendeta) mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allâh”. (QS At Taubah 31)
'Adî bin Hâtim segera menyanggah dengan mengatakan :
“Sesungguhnya mereka tidak pernah ber'ibâdah (menyembah) kepada orang-orang 'alim dan para pendeta”.
Maka Rasûlullâh Shollallohu 'alihi wasallam pun segera menjawab :
“Sesungguhnya
orang-orang 'alim dan para pendeta itu mengharamkan sesuatu yang halal
terhadap mereka dan menghalalkan sesuatu yang haram, maka mereka pun
menta'atinya. Demikian itulah penyembahan (ibadah) mereka kepada
orang-orang 'alim dan para pendeta itu”. (Lihat Tafsîr Ibnu Katsîr juz II hal.348)
Mereka memang tidak melakukan sujud kepada para pendeta atau
orang-orang 'alim mereka, akan tetapi mereka mentaati para pendeta dan
orang-orang 'alim itu sedemikian rupa hingga hukum halal-haram bagi
mereka adalah menurut aturan pendeta dan orang 'alim, bukan menurut
Allâh. Inilah pengertian atau makna 'ibâdah yang sesungguhnya; yaitu :
“Ta'at (patuh) dan merendahkan diri”, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Bukankah sikap pemerintah terhadap mereka yang menolak menghormat
bendera atau menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan alasan Nasionalisme
atau berbagai alasan lain yang yang mengada-ada sudah sangat nyata
menunjukkan betapa bendera dan lagu kebangsaan dikultuskan sedemikian
tingginya bahkan melebihi Rasulullah ?
Pernahkah pemerintah ini sedemikian gusar melihat orang yang tidak
puasa, tidak sholat atau tidak membayar zakat seperti gusarnya mereka
melihat orang tidak mau hormat bendera ?
Apakah mereka sebegitu gusar manakala lafadz "Allah" diinjak-injak
oleh Ahmad Dhani atau saat Lia Eden mengaku sebagai Nabi, atau
Ahmadiyyah menodai Islam ? Bukankah bendera Merah Putih, Indonesia Raya
dan simbol-simbol jahiliyyah lainnya, lebih mereka junjung tinggi dan
mereka hormati dibanding Allah dan Rasul-Nya.
Di NKRI ini seseorang bisa bebas menghina Allah, Rasulullah
dan Dien Al Islam, tapi mereka tidak boleh sama sekali menghina Merah
Putih atau Garuda Pancasila. Hukuman penjara telah menanti Allahu
Musta'aan.
Sikap represif pemerintah terhadap mereka yang tidak mau
hormat bendera atau ikut upaca bendera, semakin menunjukkan bahwa ini
bukan sekedar masalah sepele, tapi ini soal IMAN dan AQIDAH.
Masihkah kita ragu bahwa musuh-musuh Allah sudah
mengobok-obok aqidah dan iman kita serta mengancam syahadat anak istri
dan keluarga kita ?
CATATAN PENTING ;
Bukan hukum tepuk tangannya atau bersiul yg kita masalahkan, tetapi
pengagungan sesuatu selain Allah dengan cara bertepuk tangan dan
bersiul. Bukan hanya tepuk tangan yang bisa disebut ibadah, bahkan
kedipan mata seorang pendeta Barghisah yang merupakan isyarat ketundukan
dan kepatuhan kepada iblis, sudah menyebabkannya murtad. Silahkan antum
baca Tafsir surah Al Hasyr ayat 16
“Seperti (bujukan) shaitan ketika dia berkata kepada manusia:
"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir, maka ia berkata:
"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut
kepada Allah, Rabb semesta Alam." (QS Al Hasyr 16)
APAKAH LALU BERARTI MENGEDIPKAN MATA HUKUMNYA HARAM ?
Yg sedang saya bahas di sini adalah bahwa ibadah bukan hanya rukuk
sujud, bahkan tepuk tangan, kedipan mata, desiran hati pun bisa menjadi
ibadah jika itu dimaksudkan sebagai pengagungan, kepatuhan, ketundukan
dan ketaatan mutlak kpd sesuatu.